Tiga Pengusaha Muda Indonesia Sukses di Afsel
Posted by Unknown on 01.30 with No comments
DUA
di antara tiga pengusaha muda Indonesia yang sukses mengembakan usaha
di Afrika Selatan. Alex (kiri) dan Sariat (kanan), saat ini juga mencoba
memperkenalkan sejumlah produk asal Indonesia.*
JOHANNESBURG, (PRLM).- Pasar Afrika Selatan (Afsel) belum menjadi
target para pengusaha Indonesia. Dalam beberapa tahun ini, hanya ada
tiga pengusaha Indonesia yang eksis mengembangkan bisnisnya di Afrika
Selatan. Mereka adalah Sariat Arifia dan Alex Alamsyah, keduanya
berkantor di Johannesburg, serta Henriko di Pretoria.
Sariat Arifia selain pengusaha, juga Ketua Asosiasi Pencak Silat
Afrika Selatan. Sariat dan Alex merupakan dua pengusaha yang masih muda.
Sariat yang asal Betawi baru berusia 35 tahun, sedangkan Alex yang
berasal dari Padang lebih muda lagi, baru 29 tahun.
Sariat mengatakan, dia baru mengembangkan bisnisnya sekitar lima
tahun di Afrika Selatan. "Saya punya kenalan di Afrika Selatan dan
mengajak berbisnis. Saya terima ajakan tersebut," kata Sariat yang
merupakan pengusaha pengapalan (shipping and forwarding) di bawah
bendera PT Asanda Lautan Lima di Indonesia dan New South Africa Shipping
di Afrika Selatan.
Diakui Sariat, pada tahun-tahun pertama, dia lebih banyak
mengeluarkan uang. "Sebagai pebisnis baru dan juga target pasar yang
baru, tentu saja banyak rintangan. Apalagi, birokrasi di Afrika Selatan
sangat lambat. Namun, seriring berjalannya waktu, bisnis saya mulai
berjalan lancar. Pengorbanan saya pada tahun-tahun pertama akhirnya
terbayar," kata Sariat yang sudah dua tahun ini bermukim di Afrika
selatan beserta istrinya.
Bahkan, Sariat kini mulai merambah bisnis lainnya yaitu mendatangkan
produk-produk dan makanan-makanan khas Indonesia seperti kerupuk, bumbu
pecel, sambal terasi, hingga cendol. "Ada sekitar 70 item produk yang
saya bawa dari Indonesia. Saya bercita-cita, satu saat nanti bisa
memiliki toko khusus menjual produk-produk makanan Indonesia di Afrika
Selatan. Produk Indonesia cukup digemari. Yang paling laku sekarang ini
adalah bumbu rendang," kata Sariat.
Sedangkan Alex, yang sebelumnya bekerja di Singapura, menjual mi
instan dan rokok kretek. "Khusus untuk mi instan, produk ini sangat
digemari di daerah-daerah kumuh seperti Hillbrow dan Alexandria. Kalau
untuk menembus kalangan kulit putih belum bisa," kata Alex, yang
menambahkan dalam sebulan bisnis mi instannya menembus angka Rp 1,4
miliar.
Dalam sebulan, Alex mengatakan, dia mendatangkan sekitar 1.600 dus mi
instan. "Harga satuan mi instan di sini sekitar 2,5 rand (sekitar Rp
3.250,00). Namun, penetrasinya masih ke kampung-kampung. Di daerah kumuh
Hillbrow, dalam sebulan bisa terjual sampai 400 dus. Kalau mi memliki
prospek yang bagus," kata Alex, yang baru berjualan mi instan sekitar
1,5 tahun lalu.
Alex juga terjun dalam bisnis rokok kretek asal Indonesia. "Bisnis
rokok sudah dimulai pada 2006, tetapi izinnya baru keluar pada 2007.
Untuk usaha produk tembakau memang izinnya rada susah. Namun, kini
semuanya sudah berjalan. Untuk rokok kretek dengan kualitas bagus, dalam
sebulan saya baru bisa memasarkan seratus slop. Rokok kretek tidak
dijual sembarangan, harus di tempat penjualan khusus, antara lain bareng
dengan cerutu," kata Alex lagi.
Seperti halnya Sariat, Alex juga mengakui, Afrika Selatan menjadi
tantangan tersendiri. "Saya juga pernah bisnis lainnya seperti bir,
tetapi gagal. Saingannya di sini terlalu banyak. Saya juga pernah
menjadi korban penipuan, walau uang saya akhirnya bisa kembali," ujar
Alex, yang kini tengah mencoba untuk mendatangkan minuman teh dari
Indonesia dan juga berbagai produk khas Indonesia lainnya seperti kecap
dan terasi.
Menurut Alex, pada 2007 ada yang menelefonnya dan mengatakan butuh
kopi. Alex kemudian minta dia mengirim uang dulu ke rekeningnya. Setelah
uang masuk, dia kirimkan kopi tersebut. Namun, tiga hari kemudian, uang
yang sudah ada di rekeningnya ditarik lagi.
"Saya juga heran mengapa uang yang sudah masuk rekening saya bisa
ditarik lagi. Saya komplain ke bank. Walau prosesnya rada lama, uang
saya tersebut akhirnya kembali," kata Alex, yang juga berpartner dengan
pengusaha lokal. Suka dan duka pernah dialami pengusaha Indonesia. Pada
awalnya, kesulitan yang mereka hadapi. Namun, kini mereka sudah mulai
memetik apa yang mereka tanam sebelumnya. (A-57/A-147)***
0 komentar:
Posting Komentar