Dahlan Iskan-Joko Widodo; Kisah Pengusaha yang Diuji Kekuasaan
Posted by Unknown on 17.33 with No comments
Anda tentu pernah mendengar cerita legendaris Robin Hood? Ksatria dermawan yang membagi-bagikan hartanya kepada wong cilik—meski sebagian hasil curian. Dia mencuri harta hasil jarahan dari hartawan. Dia bak penjahat bagi para perompak, tapi di ujung sana, pahlawan bagi masyarakat banyak.
Tentu apapun versinya, bagaimanapun jalan ceritanya. Kisah heroik
seseorang dalam memenangkan hati rakyat pastilah menyentuh hati.
Tak terkecuali kisah Joko Widodo dan Dahlan Iskan kini.
Bila Robin Hood berderma ‘menunggangi’ kantong orang kaya. Tidak menggunakan kocek sendiri. Dahlan Iskan dan Joko Widodo
menyempurnakan cara Robin Hood. Mereka tidak menggunakan cara-cara
Robin Hood untuk menumpuk pundi-pundi. Sebagai pengusaha, mereka rela
merogoh kocek sendiri demi berbagi kepada yang lebih berhak.
Dari dokumentasi di berbagai media, saya mengenal mereka. Sebagai pengusaha, mereka cukup sukses melewati fase entrepreneurship.
Mereka memulai usaha nyaris tanpa campur tangan penguasa. Merintis
kerajaan bisnis media massa dan furniture dari nol. Sukses yang digapai
mereka tentu tak lepas dari cucuran keringat dan derai air mata. Secara
berseloroh bisa dikatakan mereka telah lulus sebagai pengusaha.
Kini mereka tengah diuji oleh kekuasaan.
Alih-alih menumpuk harta, tengoklah Jokowi yang tak pernah mengambil
gajinya selama menjabat sebagai Walikota Solo. Semuanya disumbangkan. Dahlan Iskan
lebih gila, sudah gaji tidak diambil, rapat-rapat dikurangi, mobil
dinas tidak dipakai, malah acapkali keluar uang pribadi untuk membiayai
segala terobosannya. Tercatat, dia pernah menjanjikan mobil bagi
pegawai BUMN yang mampu menelurkan ide terbaik.
Masih banyak lagi gebrakan mereka yang tentu otomatis tercatat oleh ‘malaikat maya’: Google. Sekecil apapun itu…
Namun mereka manusia juga, sama seperti kita. Pasti tersentuh khilaf dan
alpa. Karena saya percaya, kesempurnaan penciptaan manusia itu justru
pada ketidaksempurnaannya. Setiap kekaguman terhadap seseorang, saya
selalu berusaha menyisakan ruang untuk menerima kekurangannya. Sebagai
terapi dini untuk rasa kecewa.
Gebrakan masif Dahlan membuat gerah sebagian anggota DPR yang berbuah interpelasi. Dan keterlibatan Jokowi di Kiat Esmeka
berujung ketidaksukaan sebagian kalangan yang merasa telah membesarkan
Esemka. Itu saya dengar langsung dari salah satu tokoh yang merasa
berkeringat membesarkan nama Esemka.
Demikianlah, pasti ada angin yang akan menguji kekokohan sebuah pohon.
Makin tinggi pohonnya tentu makin kencang angin yang menerpa.
Di Indonesia, saya yakin sangat banyak sosok seperti mereka namun luput
dari liputan media. Karena media terlanjur jatuh cinta kepada adagium: bad news is good news. Kitalah—para blogger—yang berpeluang mengoreksinya.
Bila Jokowi telah selangkah memantapkan hatinya untuk mengabdi sebagai
calon gubernur DKI Jakarta. Dahlan Iskan tampaknya tinggal menghitung
hari untuk mengikuti jejak Jokowi. Mereka akan menjadi
antrian figur pengusaha yang diuji kekuasaan. Berhasilkah mereka
melewati ujian kekuasaan, seperti yang didengungkan Lincoln, “Hampir
semua pria mampu bertahan menghadapi kesusahan. Namun, jika Anda ingin
menguji karakter sejati pria, beri dia kekuasaan.”
Sumber: http://birokrasi.kompasiana.com/2012/04/18/dahlan-iskan-joko-widodo-kisah-pengusaha-yang-diuji-kekuasaan/
0 komentar:
Posting Komentar